Cantik itu Takhayul
Di era baru yang serba
teknologi ini, perempuan masa kini merasa telah mendapatkan kebebasan dalam
berekspresi. Mereka berpikir telah menembus sekat-sekat perbudakan yang terjadi
selama berabad-abad kehidupan di Bumi. Namun, kebebasan ini mengalami anomali
yang mematahkan aturan-aturan sosial dan mulai bertransmisi menyerupai
peradaban jahiliyah berkedok modernisasi dan tentu saja hal ini tidak terlepas
dari rekonstruksi media massa. Media massa telah memperalat kaum perempuan
dalam bentuk feminisme dan telah mencapai puncak kesuksesan dalam mengubah pola
pikir sebagian besar kaum perempuan masa kini dimulai dari cara mereka
berpenampilan sampai dalam hal bersosialisasi.
Media mengatur
doktrin-doktrin baru mengenai definisi “cantik” menjadi sesuatu yang lebih mainstream dan liar. Produk-produk
kosmetik, obat-obatan dan pakaian laku terjual dimana-dimana disebabkan karena
konsep “cantik” dengan indikatornya ialah tubuh yang langsing dan wangi,
berkulit putih, berambut panjang dan lurus, berhidung mancung, berkening tebal,
bulu mata lentik, pipi yang tirus, bibir berwarna, kuku jari yang mengkilap,
serta gigi yang rapi dan bersih dipermanis dengan pakaian-pakaian serba ketat
dan mini sampai membentuk lekukan tubuh yang gemulai sehingga kaum perempuan
masa kini dengan bangga menyakiti diri mereka sendiri demi menyandang gelar
“cantik” tersebut.
Dari takhayul-takhayul
ini, keuntungan selain dimiliki oleh media juga menjadi kepuasan terbesar bagi
laki-laki dimana kaum perempuan masa kini telah menjelma menjadi alat pemuas
nafsu para lelaki serta berkontribusi memperkaya kaum kapitalis. Inilah
perbudakan dan penindasan yang bertopeng emansipasi wanita. Disadari atau
tidak, kebanyakan perempuan merasa bahagia menjadi boneka untuk mereka.
#catatan tahun lalu
Komentar
Posting Komentar